Reportase KISRA (Kajian Islam Remaja) Edisi Februari, Tema “My Beloved, Rosulullah SAW”

MHTI DPD II Sukabumi

Sukabumi, 15 Februari 2011

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hadir lebih dari 320 remaja muslimah yang terdiri dari siswi kelas IV, V, VI SD, VII, VIII, IX SMP, X, XI, XII SMA dan Perguruan Tinggi Kota Sukabumi dalam acara Kajian Islam Remaja (KISRA) Edisi Februari yang diselenggarakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI)  DPD II Sukabumi dengan Tema, “My Beloved, Rosulullah SAW” di Aula Toserba Selamat Kota Sukabumi, Selasa (15/2).

Acara dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an yang dibacakan oleh Ilma dengan saritilawah Toti, keduanya merupakan siswi murid kelas V SDN CBM Baros. Selanjutnya adalah sambutan dari keynote speaker yakni Ketua Program Kerja SKL SMPN 5 Kota Sukabumi, Ibu Evi Sofiah, S.Pd. Dalam sambutannya beliau menyampaikan aspirasi yang positif terhadap acara yang diselenggarakan oleh Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) DPD II Sukabumi. Beliau menyampaikan bahwa dalam upaya pembentukan remaja muslimah yang mencintai RosulNya seperti tema kajian kali ini, yakni “My Beloved, Rosulullah SAW” sangat diperlukan bagi pembentukan kepribadian remaja yang Islami sesuai dengan yang telah disyariat olehNya. Beliau juga menyampaikan harapannya agar kiranya kajian kali ini dapat memberikan wawasan dan pencerahan kepada kita semua khususnya adik-adik remaja muslimah, sehingga pada akhirnya akan membentuk sosok muslimah yang berilmu dan berakhlakul karimah sesuai dengan tuntunan agama Islam yang dibawa oleh Rosulullah SAW. Sambutan berikutnya disampaikan oleh Ketua Pelaksana, Siti Hanifah Fauziyah. Dalam pemaparan sambutannya beliau menyampaikan bahwa KISRA kali ini bukan semata-mata untuk memperingati hari kelahiran Beliau Muhammad SAW melainkan sengaja diarahkan untuk  menumbuhkan rasa cinta remaja muslimah kepada Rasulullah SAW, Memberikan gambaran bagaimana cara remaja muslimah mencintai Rasulullah SAW, yakni dengan mentauhidkan Allah, mempelajari, memahami dan mengamalkan al-Quran yang Beliau bawa, sebagai petunjuk dan rahmat bagi umat manusia, meneladani segala ucapan dan perbuatan Nabi saw, mencintai mereka yang dicintai Nabi saw. (seperti istri-istrinya, keluarga dan Sahabatnya, serta seluruh umat Islam yang berpegang teguh dengan ajarannya), menaati semua perintah Nabi saw. dan menjauhi larangan Beliau, dan mengemban risalah Beliau, yakni mendakwahkan syariah yang Beliau bawa. Memotivasi remaja muslimah untuk dapat mewarisi semangat Rasulullah dalam memperjuangkan tegaknya Syariat Islam di muka bumi ini.

Acara dilanjutkan pada acara inti, yakni kajian yang dipandu oleh mba Sukma Budi Prasetyati. Hadir sebagai pembicara, Mba Asri Supatmiati, S.Si beliau merupakan Penulis Buku, Narasumber Majalah Udara Voice of Islam dan Aktivis Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia. Dalam pemaparannya, beliau menyampaikan bahwa untuk menjadi muslimah yang mencintai RosulNya haruslah dibuktikan dengan mencintai apa-apa yang Beliau perintahkan dan membenci apa-apa yang dilarang oleh Beliau.

Acara selanjutnya adalah penampilan Paduan Suara yang dibawakan oleh adik-adik muslimah dari Madrasah Diniyah al-Muhajirin Kota Sukabumi yang membawakan lagu Insan Utama. Kemudian acara dilanjutkan dengan pembacaan puisi oleh R. Sarah az-Zahra dan Shapira dengan judul, “Yaa.. Habibballoh”.

 

Acara diakhiri dengan pembacaan doa.

 

Oleh: nocompromisegirl | 5 Oktober 2010

Promise

Promise

Allah swt. berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.” (TQS. Al-Mai’dah: 7)

“Dan penuhilah janji, seungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungjawaban.” (TQS. Al-Isra:34)

***

Membaca kedua ayat diatas membuatku teringat seluruh janji yang pernah aku ucapkan.yaa Allah, semoga saja lisan ini terjaga dari perkataan yang tidak mungkin diwujudkan. Missal, janji untuk membawakan bulan atau bahkan memetik bintang (Hehe.. 😀 ) sangat jelas kedua hal tadi mustahi untuk diwujudkan. Maka ketika berjanji ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Diantaranya: (Jika ada yang kurang, mohon untuk ditambahkan)

  • Janji tersebut tidak bertentangan dengan syariat
  • Janji tersebut tidak dimaksudkan untuk bermaksiat kepada Allah
  • Janji tersebut bukan sesuatu hal yang mustahil seperti yang dipaparkan dalam contoh di atas.

Sahabat, setelah kita memahami bahwa janji adalah suatu hal yang wajib untuk ditepati. Maka tidak menepati janji (Ikhlaf al-wa’di) adalah salah satu tanda orang yang munafik.

Seperti yang dituturkan dari Abu Hurairah ra. Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda:

“Tanda orang munafik ada tiga, apabila diberi amanat dia berkhianat, apabila ia berbicara ia berdusta, apabila ia berjanji ia tidak menepati.” (Muttafaq ‘alaih)

Sahabat sambil merenungi beberapa paragraph tulisan di atas. Mari kita bermuhasabah, mengingat kembali janji yang pernah terlontar dari lisan kita. Karma boleh jadi, orang yang dahulu pernah menjadi objek janji kita, sedang menunggu kita menepati janji pada mereka. Janga sampe lho secara tidak sadar kita sudah berlaku dzolim terhadap mereka.

Don’t burn the bridge behind you”, jangan baker jembatan di belakangmu.

Sahabat, janga pernah berfikir sedikitpun untuk membakar jembatan yang menjadi penghubung masa kini degan masa lalu. Boleh jadi ada janji yag tertinggal di sana dan terlupakan untuk diwujudkan. Dan kalo jembatannya sudah kita baker denga sengaja dengan alas an untuk melupakan, itu sama saja dengan sengaja untuk tidak menepati janji. Jangan sampe deh hal itu terjadi.

Sahabat, aku ingin berbagi pengalaman dengan kalian. Biasanya sebelum berjanji pada seseorang atau banyak orang ada hal-hal yag selalu aku perhatikan, diantaranya:

  1. Niatkan semua karma Allah swt.
  2. Yakinkan bahwa janji tersebut tidak bertentangan dengan syariat atau dimaksudkan untuk bermaksiat kepada Allah.
  3. Meyakini bahwa janji tersebut bukan suatu hal yang mustahil untuk diwujudkan.
  4. Meyakini bahwa janji yang kita lontarkanbenar-benar muncul dari kesadaran dan bukn hanya sekedar keinginan.
  5. Meyakini bahwa sampai kapanpun tidak akan ada satu kalimat atau bahkan satu kata pun dari janji tersebut yang akan kita ingkari.
  6. Meyakini bahwa kita sanggup memenuhi janji tersebut.
  7. Simpanlah janji itu dalam hati agar kita selalu merasa dekat dan tetap meyakini bahwa janji itu tidak mustahil untuk diwujudkan dan tentu saja agar tetap menyadarkan kita bahwa janji itu suatu saat akan dimintai pertanggungjawaban.

Jika ternyata suatu saat kita ingin membatalka janji maka gunakanlah alas an yang syar’ie dan mintalah keridhoan dari orang yang pernah kita beri janji.

-Bagiku, janji adalah suatu hal yang pasti yang harus ditepati. Jika tidak di dunia ini maka kelak di akhirat sana akan aku mintai-

-Berjanjilah, karma kau memang yakin akan dapat menepati jbukan justru mengingkari-

Oleh: nocompromisegirl | 5 Oktober 2010

Tahadduts bi Ni’mah

Tahadduts bi Ni’mah

Tahadduts bi Ni’mah artinya menampakkan nkmat. Perbuatan ini adalah salah satu perbuatan yang dicintai dan diperintahkan oleh Allah swt. Sebagaimana firman-Nya:
“Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur).” (TQS. Adh-Dhuha:11).
***
Sahabat, pernahkah kalian menerima pemberian dari teman, keluarga atau orang tua kalian berupa hadiah? Saya yakin, tidak akan satupun diantara kalian yang akan menjawab dengan jawaban, “Tidak Pernah”. Sahabat, kita adalah salah satu makhluk Allah yang telah dianugerahi potensi berupa naluri untuk saling menyayangi antar sesame. Dan “memberi” adalah salah satu perwujudan dari naluri ini. Tapi sahabat, pernahkah kalian bermuhasabah, sejauh mana kita dapat menghargai atau sekedar mengucapkan kata “Terima Kasih” kepada orang yang telah memberi kita hadiah?
Dulu sewaktu saya masih kecil, kakek saya sering membelikan majalah BOBO. Bahakan sampai berlangganan. Setiap selesai membeca, saya lebih sering kelupaan membereskannya kembali hingga setiap edisi majalah tersebut tersimpan di sembarang tempat.
Sampai suatu waktu, kakek merasa jengkel dengan sikap saya. Spontan beliau berkata,”Majalahnya disimpan yang rapi dong Gie. Kakek itu membelikan kamu majalah untuk kamu baca kemudian dijaga dan disimpan dengan baik. Bukan untuk disimpan di sembarang tempat. Senangkan kakekmu ini sedikit saja dong Gie.” Kalimatnya sederhana tapi “nyesek” banget dan saya tetap mengingatnya sampai sekarang.
Dari kejadian itu, saya belajar bahwa amat penting menghargai pemberia kakek, dan siapapun yang berbuat baik pada kita. Misalnya, setelah dibelikan buku maka alangkah baiknya jika kita mengucapkan terima kasih kemudian membaca, menjaga dan menyimpannya dengan rapi dalam lemari.
Orang yang memberi tentu akan senang jika kita menampakkan ekspresi gembira dan berterima kasih. Itu tanda bahwa pemberiannya bermanfaat bagi si penerima. Meski mungkin pemberiannya pun tak seberapa, tapi bergembira atas pemberiannya termasuk amal saleh.
Orang yang memberi akan sangat kecewa manakala kita berekspresi datar dan dingin. Seolah-olah kita gak menghargai pemberiannya. Apalagi jika memang ternyata kita tidak menghargainya. Mereka pasti akan berduka.
Dan sahabat, jangan coba juga merendahkan pemberian orang lain karma bukan hanya orang lain yang akan marah dengan sikap seperti itu. Allah pun nggak suka. Itu tanda orang-orang yang gak bersyukur atas nikmat Allah.
“Dan ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan,”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti adzab-Ku sangat pedih.” (TQS. Ibrahim:7)
Ga ada salahnya, bahkan itu seharusnya, kita mengucapkan terima kasih atas pemberian orang lain. Meskipun kita kurang berkenan dengan pemberiannya, tetaplah berwajah ceria dan tampakkan rasa gembira.
Sekiranya kita akan menolak, tolaklah dengan perkataan yag halus dan tetap ucakan terima kasih. Gak perlu memberikan komentar yang gak berkenan.
Abu Hurairah ra. Bertutur bahwa Rasulullah SAW tidak pernah mencela makanan selamanya. Jika suka beliau memakannya, jika tidak suka beliau tinggalkan.
Selain mengucapkan terima kasih-bisa dengan ucapan Jazakallah Khairan Katsiraan atau Jazakallah Khairan Jaza-, rasa syukur juga kita tampakkan dengan menikmati pemberiannya. Tunjukkan pada si pemberi bahwa apa yang ia berikan memang bermanfaat bagi kita.
Sahabat, degan bersyukurdan menampakkan nikmat pemberian orang lain pada kita, bukan saja menyenangkan sang pemberi, tapi juga aka membuka lagi pintu-pintu nikmat yang lain. Ini karma Allah amat senang dengan hambaNya yang berbuat demikian, maka Dia aan tambahkan lagi karunia pada hamba-hamba-Nya yang bersyukur.
Sebaliknya, mereka yag gak pandai mensyukuri nikmat-Nya , hanya akan menambah kemarahan dariNya. Bukan saja Allah mencabut segala karuniaNya, tapi juga mengancam aka memberikan adzab yang pedih.
Nah sahabat, mulai sekarang mari kita belajar berterima kasih atas kebaikan yang diberikan orang lain pada kita. Hargai dan tampakkan kegembiraan di hadapannya. Moga-moga Allah memberi kebaikan pada diri kita dan mencatat kita semua sebagai hamba-hamba-Nya yang bersyukur.

Oleh: nocompromisegirl | 29 September 2010

Catatan Terakhirku!!

Jika ada yang membaca catatan ini selagi aku masih hidup, tidak usah kaget!

“Allahummaaj’al khoiro ‘umrii aakhirohu wa khoiro ‘aamalii khowaa timahu wa khoiro ayyaamii yauma al qooka fiihi”

Bismillah,,

UntukMu Dzat Tertinggi Yang Maha Indah “Allahumma inni as aluka ‘iisyatan haniyatan wa mitatan sawiyyatan wa maroddan ghoiro mukhziw wa laa faadhih”, “wa as alukal ‘ulaa minal jannah”.

Untukmu Rasul tercinta, Muhammad saw. Sang lelaki sempurna yang selalu kurindui untuk bertemu dengannya. Semoga kelak aku berada pada barisan pengikutmu yang senantiasa taat pada syariahNya dan sekaligus memperjuangkannya.

Untuk kedua orangtuaku. Maaf atas bakti anakmu ini yang belum berarti apa-apa sama sekali di hadapan kalian. “Aku mencintai kalian” dengan sebenar-benarnya cinta. “Aku mengasihi kalian” dengan sebenar-benarnya kasih. Dan “Aku menyayangi kalian” dengan sebenar-benarnya kasih saying. Salam takzimku untuk kalian.

Untuk kakakku. Semoga jarak yang sangat jauh yang Allah bentangkan di dunia fana ini, tidak membuat kita berjauhan pula di akhirat sana. Semoga kelak akan ada pertemuan terindah, di tempat terindah, di saat terindah dan di bawah nauangan keridhoanNya. Salam takzimku untukmu.

Untuk keluargaku, guru-guru kehidupanku- Abu BAkar ash Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, Bilal bin Rabbah, Mush’ab bin Umair, Aisyah binti Abu BAkar dan Fathimah az Zahra-, sahabat karibku, teman seperjuanganku dan adik-adikku. Aku bangga pernah mengenal kalian. Semoga ada manfaat besar yang kalian dapat selama mengenal diriku.

Bukan manusia jika tak ada isak tangis saat melepas kepergian. Nemun kumohon, lindungi jasadku dari air mata kalian. Ikhlaskan dan selalu do’akan.

Jika hari ini senja kematian menghampiriku, maka tak usah khawatir. Esok kelak aka nada fajar baru yang dapat menghapus kesedihan dan mengusap air mata kalian.

Hargailah hidup sebagaimana hidup menghargai kalian

Hargailah nyawa sebagaimana ia tetap setia berada di dalam raga hingga Allah berkehendak mencabutnya.

Hargailah perjuangan sebagaimana perjuangan bias menghantarkanmu pada kemuliaan

Hargailah kebersamaan karna boleh jadi, esok yang ada adalah perpisahan

Hargailah setiap pertemuan karna disana ada jalinan ukhuwah yang tak tergantikan

Hargailah setiap apa yang kau miliki, karna boleh jadi suatu saat nanti Allah mengambilnya tanpa kau sadari

Hargailah setiap penyesalan karna biasanya disana ada kesadaran

Hargailah setiap kesedihan karna dengannya kau dapat lebih menghargai kebahagiaan.

“Hargailah maka kau akan dihargai”

Pesanku:

Jangan pernah meminta agar lukamu disembuhkan tetapi mintalah agar Allah menggantinya dengan pahala kebaikan.

“Ajirnaa min hizzyiddunya yaa Robb”

Oleh: nocompromisegirl | 6 Agustus 2010

–^Ujian itu.. ^–

Ujian itu tak kan berhenti menghadang

Ia datang untuk menantang.

Namun akankah kau tetap tenang

Atau seketika menerjang?

Atau mencoba menerawang

Hingga jauh di awang-awang?

Hingga hatimu tak tau jalan pulang

Untung kembali tenang

Hadapilah semua dengan hati yang lapang

Ada Allah yang selalu menantimu datang

Bacalah ayat-ayat cinta Nya agar kau tetap tenang

Bertahan hingga kau benar-benar akan kembali pulang

Percayalah, fajar kemenangan akan segera menjelang

Mengganti setiap kesedihan dengan rasa senang

*Yaa Allah..jadikanlah Al-Qur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku dan pelipur kesedihanku serta pelenyap bagi kegelisahanku.

Oleh: nocompromisegirl | 6 Agustus 2010

–^ Inilah Arti Ketiga Kata itu Untukku ^–

De..kemarin kau tanya padaku mengenai arti bahagia

Bahagia itu adalah ketika Ia meridhoi

Bukan ketika Ia memurkai

De..kemarin kau tanya padaku mengenai arti cinta

Cinta itu adalah rasa yang tak ternodai oleh emosi

Tak pernah mampu untuk menyakiti

Dan Tak pernah tega untuk membenci

Bahagia, bahagia dan bahagia yang ingin kau beri

Ikhlas tanpa harus memiliki

Namun senantiasa memberi dengan ketulusan hati

Cinta itu tak kan membuatmu ingkar kepada aturan Illahi

Tak kan mengajaknya bermaksiat demi kesenangan duniawi

Atau sekadar memuaskan nafsu yang berjolak di dalam diri

Cinta itu tak kan membuatmu menjadi binatang buas yang tak mampu mawas diri

Menerkam siapa saja yang mendekati sang pujaan hati

Cinta itu tak kan mampu mematikan hati

Karna kau jaga dengan selalu mengendalikan diri

Cinta itu tak kan pernah menjadi fitnah

Apalagi musibah

Yang ada justru menjadi mahabbah

Cinta itu tak kan merendahkan diri

Karna kau selalu menghormati

Menghargai

Dan menjaga dengan sepenuh hati

De..kemarin kau tanya padaku arti pengorbanan

Pengorbanan itu adalah bukti cinta penuh ketulusan

Walau akan selalu ada kesedihan, kekhawatiran dan ketakutan

Namun semua itu tak kan menghentikan sebuah pengorbanan untuk tetap berjalan

Melangkah walau dengan kepayahan

Melangkah walau dengan menahan rasa sakit yang tak tertahankan

Namun kau tetap yakin akan sebuah kebahagiaan

*de..kalimat yang terurai mungkin tak seindah seperti yang biasa kau buat. Hanya sebuah persembahan penuh cinta untukmu adik shalihahku. Sebuah jawaban atas setiap pertanyaan yang kau lontarkan padaku.

*Penulis mendedikasikan tulisan ini bagi seorang sahabat dan saudari yang senantiasa menemani dan mengingatkan penulis dengan ketulusan hatinya. Untukmu: Zarqa Sama’ir Rahmah

Salam takzimku untuk ketulusan hatimu. Semoga silah ukhuwah ini hanya akan terputus ketika kematian menghampiri.

***

Manusia memang sangatlah terbatas, ia tak kan pernah mampu memandang masa depan. Ia hanya dapat mengira-ngira, menerka dan menebak. Tak perlu bicara bagaimana 1 tahun, 1 bulan atau 1 minggu ke depan. Sekedar untuk mengetahui apa yang akan terjadi padanya 1 menit ke depan pun ia tidak akan mampu.

Sekarang, penulis akan mengajak saudara semua ke masa kini. Masa yang sedang kita jalani sekarang ini. Di mana kaki sedang melangkah dan setiap amaliah sedang dijamah. Tahukah saudaraku, bahkan dimasa ini pun akan ada banyak hal yang tak diketahui manusia.

Lantas bagaimana sikap seorang muslim dalam merespon keterbatasannya tersebut? Keterbatasan bahwa ia tidak dapat menjangkau segala sesuatu hal yang ada di depan atau tak dapat ia jamah. Penulis tidak akan membahas keduanya, penulis lebih mengerucutkan pembahasan pada segala sesuatu hal yang tak dapat di jamah manusia yang diantaranya adalah kedalaman isi hati sesama manusia terhadap kita. Sebagai contoh, ketika kita mendapat perlakuan yang tidak biasanya dari saudara kita terhadap kita, kita seringkali berprasangka macam-macam hingga berprasangka buruk terhadapnya. Berfikir negatif hingga akhirnya kita mengeluarkan statement yang buruk terhadap dia. Bolehkah kita berbuat seperti itu sedangkan proses untuk mencari kejelasan belum kita laksanakan?

Saudaraku, alangkah lebih baiknya kita tetap ber-husnudzan terhadap sesama saudara (muslim) kita. Karna itu adalah hak mereka yang harus kita penuhi. Husnudzan selama belum terlihat secara jelas pelanggaran yang mereka lakukan terhadap hukum syara’.

Sebagaimana firman Allah swt.

“Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak berprasangka baik terhadap diri mereka sendiri…” (TQS. An-Nur:12)

Maka saudaraku, berprasangka baiklah dan jauhilah prasangka buruk

Allah swt., berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa.” (TQS. Al-Hujurat:12)

Ibnu Abbas berkatata tentang tafsir ayat ini,”Allah melarang kaum mukmin berprasangka buruk kepada mukmin yang lain.”

Dari Abu Hurairah ra., sesungguhnya Rasulullah saw., bersabda:

“Hati-hati dan jagalah diri kalian dari prasangka buruk, karena berprasangka buruk adalah perkataan paling dusta.” (Mutafaq’alaih)

Buruk sangka terhadap seorang mukmin yang kelihatannya shalih tidak diperbolehkan. Bahkan disunahkan kita berbaik sangka kepadanya.

Saudaraku, tidak ada ruginya sama sekali ketika kita berbaik sangka terhadap sesama saudara. Semua akan berbuah pahala di hadapanNya.

Tak perlu mengharap balasan yang serupa dari manusia, belum cukupkah bagi kita pahala yang menanti di depan mata karna telah berbaik sangka terhadap sesama saudara??

Renungkanlah duhai saudara!!

-Walau dengan berurai air mata, walau harus berkorban bahagia di dunia, semoga keimanan tetap menyertai langkah hingga di akhir cerita hidup kita. InsyaAllah, bahagia telah menanti kita di surgaNya.. di tempat yang kekal, yang tak kan pernah ada air mata kesedihan tercipta disana karna yang ada, hanyalah derai air mata bahagia karna pertemuan kita dengan Kekasih Tercinta dan laki-laki yang paling mulia (Rasulullah saw)-

-hazna alifah-

Oleh: nocompromisegirl | 1 Juli 2010

Inspirasiku, Alam Indah Penuh Pesona di Area Kebun Teh

Indahnya panorama alam akan memberikan inspirasi tersendiri bagi para penikmatnya. Begitupun dengan aku yang selalu memanfaatkan indahnya panorama kebun teh dan pegunungan yang letaknya tak begitu jauh dari rumahku. Setiap sore menjelang senja, tak pernah terlewat olehku untuk mengunjungi tempat terindah yang selalu menginspirasiku. Kebun teh di daerah Selabintana, Sukabumi yang sekaligus menyuguhkan indahnya panorama Gunung Gede, selalu aku kunjungi jika tak kebetulan langit menangis.

Pukul 16.00, aku sudah siap dengan secangkir coffee cream di dalam termos, sekantong Happy Tos, laptop yang sudah ku charge dengan full dan tentunya sebuah mushaf. Semuanya kumasukkan ke dalam tas ranselku. Hanya perlu naik angkot sebentar lalu berjalan beberapa meter, aku sudah tiba di tempat indah itu.

Sesampainya aku disana, seperti biasa, aku selalu menyempatkan diri untuk menonton anak-anak bermain bola di sebuah lapangan yang berada tepat di sebelah kiri kebun teh. Subhanallah, keindahan senyuman dan teriakan mereka yang masih polos memberi kebahagiaan tersendiri bagiku. Tak ada sedikitpun kesedihan dan beban yang berat dari dalam raut wajah mereka. Begitu ringan tawa mereka. Aku ingin seperti mereka Yaa Robb…

Tak terasa air mataku mengalir sampai mengundang perhatian anak-anak yang sedang asyik bermain bola. Mereka menghampiriku kemudian menyapaku, “Teteh, kenapa? Biasanya suka rame, kita makan singkong rebus yu di saung abah disana, katanya abah pengen kenal sama teteh yang hobi nonton kita maen bola”. “Yuu”, jawabku dibarengi dengan senyum seadanya diantara derai air mata yang masih menghiasi pipiku.

Setibanya di saung, ternyata ada seorang laki-laki dan wanita yang kuperkirakan umurnya sudah cukup tua, mereka tersenyum memandangiku. “Assalamu’alaikum Pa, Bu”, sapaku. Merekapun menjawab salam berbarengan. Lalu kamipun larut dalam percakapan hingga hampir tiba waktu sholat maghrib. Lalu lelaki tua itu tersenyum seraya berkata kepadaku,”Barudak teh song bingah upami aya neng anu lalajo, saurna teh asa janten pemaen bola di lapangan nu ageung. Hatur nuhun nya neng”. Aku hanya bisa menjawab dengan senyum dan berkata,”Muhun sami-sami pa, abdi ngaraos bingah upami tiasa ngabageakeun barudak. Pa, upami tiasa, unggal sonten abdi hoyong nambut saungna kanggo nulis, nya sekedar ningali panorama alam anu endah.”. lalu jawabnya,”Oh sumuhun mangga wae neng, mangga dianggo wae saungna”

Karna waktu sudah hampir maghrib, akhirnya aku berpamitan pulang pada ibu, bapa dan anak-anak.

Hari ini aku ga sendiri lagi menikmati panorama alam nan indah di daerah kebun teh di deket rumahku itu. Bersama, seorang bapa, ibu dan anak-anak yang senyum dan keriangannya telah membuatku menangis bahagia. Dalam perjalanan pulang, aku melihat sunset sore ini begitu indah menerangi Gunung Gede.

Alhamdulillah untuk hari yang Indah Yaa Allah..

Oleh: nocompromisegirl | 29 Juni 2010

Akhirnya Aku Memilih”mu”

Bertahun-tahun lamanya aku berkubang menekuni berbagai bidang. Mencoba segala hal baru yang membuatku tertarik hingga kadang aku terlarut bersamanya. Tapi apa yang kurasa, akhirnya aku lelah. Menekuni berbagai bidang sekaligus dan membuatku SEKALI LAGI sangat lelah. Aku sama sekali tak menemukan sesuatu yang lebih dari dalam diriku. Selain “kerja serabutan”,”aktifitas serabutan”,”kegiatan serabutan” dan apalah itu sebutannya. Baru tersadar kini, AKU TERNYATA TAK BEGITU AHLI Karna SERABUTAN. Aku tak fokus terhadap satu hal yang memang menjadi bakat dan mimpiku. Jadi permasalahan utamanya saat itu adalah karena aku TIDAK FOKUS.

Artinya, kita tidak mungkin ahli jika kita tidak fokus. Walau begitu, ada untungnya memang ketika kita menguasai banyak bidang, kita jadi bisa melakukan segala hal. Tapi dapat dipastikan kerja kita TIDAK OPTIMAL.

Teringat sebuah artikel yang dibuat oleh ustd. Jamil Azzaini. Di paragraf pertamanya beliau menulis sebuah paragraf yang isinya:
Jika Anda ingin menjadi master di bidang tertentu ingatlah kata-kata ini: berfokuslah pada satu hal atau keterampilan dengan kesetiaan tanpa henti untuk terus melakukan perbaikan, dan berkeinginan kita menjadi yang terbaik.  Fokus, perbaikan tiada henti dan keinginan kuat menjadi yang terbaik adalah bahan bakar utama untuk menjadi seorang spesialis. Dan sebagian mayoritas orang besar berasal dari seorang spesialis.

Dan ternyata memang BENAR!!

Akhirnya, kutinggalkan segudang bidang yang hanya aku kuasai sekedarnya saja. Dan aku hanya memilih”mu”. Aku fokus mengasah diri untuk menguasai”mu”. Membaca buku yang membuatku lebih mengenal”mu”. Dan memanifestasikan”mu”. Mulai dari lingkup terkecil dan sekarang sedang menuju ke yang lebih besar.

Aku memilih”mu”. Aku memilih menjadi seorang motivator yang akan memotivasi diriku dan orang-orang disekitarku. Agar aku dan kalian beranjak dari tempat duduk kita masing-masing, bergerak, mewujudkan mimpi dan setiap janji agar menjadi sebuah kenyataan. Mengukir kisah indah di dalam kehidupan.

Tak ada lagi tangisan hanya karna sebuah kegagalan. Yang ada adalah tangisan karna sebuah kebahagiaan. Karna setiap mimpi dan janji telah menjadi sebuah kenyataan.

Older Posts »

Kategori